Selasa, 25 November 2014

Terima Kasihku, Guruku!

Hari ini, 25 Nopember, pikiran saya mengajak saya berlari mundur ke tahun-tahun yang lampau semasa saya masih sekolah. Entah mengapa, awal-pertengahan 80-an selalu tertanam dalam di benak saya.

Saat itu, saya hanyalah seorang murid SD negeri di sebuah dusun kecil di Jawa Tengah, yang jauh dari keramaian kota. Sekolah itu tidak terlalu besar, tapi cukup. Setiap kelas, dari kelas satu sampai dengan kelas enam mempunyai satu ruang kelas, ditambah satu ruang guru dan satu ruang kepala sekolah. Sebuah warung kecil berdampingan dengan kamar kecil berada di samping lapangan olahraga. Lapangan olahraga berukuran seluas lapangan bola, setiap hari Senin digunakan untuk upacara bendera.

Gedung sekolah yang sangat sederhana, tapi sudah lebih dari cukup. Setiap hari kami pergi ke sekolah dengan berjalan kaki. Beruntung rumah orang tua hanya sekitar 400 meter dari sekolah, sehingga tidak terlalu jauh. Terkadang jam istirahat yang cuma 15-30 menit saya gunakan untuk pulang ke rumah. Untuk para guru yang rumahnya tidak terlalu dekat, mereka biasanya menggunakan angkutan umum, dan kemudian jalan sekitar 300 meter menuju sekolah, ada pula yang menggunakan sepeda motor. Sepeda motor waktu itu merupakan kendaraan yang tergolong mewah, karena masih jarang orang yang punya.

Masih lekat di ingatan bagaimana guru kelas satu, Ibu Katmi menyuruh saya untuk senantiasa tersenyum, jangan selalu cemberut .. hehe. Ibu Vero yang galak (saya tidak sempat diajar beliau), Ibu Kristin, guru bahasa Indonesia yang disukai anak-anak karena cantik dan lemah lembut, yang sangat berdedikasi mengajar. Saya ingat, beliau pernah sakit flu parah, tapi tetap mengajar. Pak Ngadiran, guru IPA yang ganteng dan agak pendiam, pak Suyud, guru matematika yang sangat disegani sekaligus ditakuti.. hehe. Ibu Paryati, saya lupa beliau mengajar apa, tapi beliau adalah seorang guru yang sabar dalam mendidik. Terakhir saya dengar beliau sudah meninggal dunia karena kanker payudara. Ibu Parwati, guru kelas tiga, saya lupa beliau mengajar pelajaran apa, tapi yang pasti beliau melatih tari. Beliau selalu menggunakan motor untuk pergi ke sekolah, lengkap dengan helm dan penutup kepala, dan sering bilang "Aja takon dosa", bila mengetahui kami berbuat salah. Ya, dalam komunikasi belajar mengajar, untuk bahasa verbal, kebanyakan kami masih menggunakan bahasa sehari-hari, yaitu bahasa Jawa, sedangkan untuk bahasa tertulis sudah menggunakan bahasa Indonesia.

Pak Tohir (entah ada hubungan dengan Erick Tohir atau tidak), adalah guru olah raga kami. Beliau waktu itu masih sangat muda, sekitar 25-30 tahun. Beliau sangat disiplin dan tegas dalam mengajar kami. Walaupun beliau tidak pernah menggunakan kekerasan, tapi pernah suatu kali beliau dikeroyok beberapa orang di lapangan olah raga, oleh orang yang rupanya tidak terima saudara mereka dihukum oleh beliau. Kasus pengeroyokan itu sempat menjadi berita heboh di kampung kami.

Pak Haryoto. Beliau adalah wali kelas kami saat kelas enam. Mungkin saat itu berusia sekitar 50 tahunan, berperawakan kurus, berkacamata dan sering merokok kalau sedang di luar kelas. Yang ini memang tidak boleh dicontoh. Karena perokok berat, beliau sering sakit batuk yang parah. Tapi dalam mengajar, menurut saya, beliau adalah seorang guru yang hebat. Kadang beliau mengajar IPA, kadang matematika, dan juga bahasa Jawa. Saya sangat terkesan dengan pelajaran yang terakhir. Paling ingat saat beliau mengajar kami nembang Macapat, dari Pocung sampai Megatruh. Tapi tembang yang saya masih bisa sampai saat ini hanya tembang Pocung dan Pangkur hehhe. 

Ada satu hal yang membuat saya sangat salut dengan beliau. Saat kelulusan SD, tiba-tiba saja surat NEM saya yang asli hilang. Bapak saya sangat murka kepada saya karena dengan teledornya menghilangkan hasil belajar selama enam tahun. Saya dan bapak saya bingung, pontang-panting ke sana kemari, tanya sana sini.. tapi hasilnya nihil. Saya hampir tidak bisa melanjutkan sekolah ke SMP. Beruntung saya masih punyai copy-annya, sehingga bisa membuat surat NEM baru berdasarkan berkas copian tersebut.. dan akhirnya bisa melanjutkan ke SMP. Singkat cerita, waktu itu saya sudah kuliah di Bandung. Saat liburan, saya mudik ke kampung. Di rumah Bapak cerita, kalau Pak Haryoto sudah meninggal beberapa waktu karena sakit. Kebetulan pada saat beliau sakit, bapak saya sempat mengunjungi beliau. Pada saat itulah beliau cerita mengenai kisah surat NEM saya, yang ternyata disembunyikan oleh dua orang teman sekelas. Beliau bilang, kalau pada saat kejadian itu beliau cerita ke Bapak Saya, bukan tidak mungkin bakal ada "pertarungan" antara orang tua saya dengan orang tua teman-teman saya itu, karena memang saat itu orang tua kami masih muda. Maka Pak Haryoto menyimpan kisah itu sendiri dalam hati, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, sampai saat semuanya sudah tenang. Ternyata, pada saat sakit keras itulah beliau membuka kisahnya. Bagi saya itu adalah sebuah pelajaran kebijaksanaan yang sangat-sangat berharga.

Mungkin pada saat sekolah dulu, saya merasa bahwa guru-guru saya mungkin terlalu "galak" atau memberi kami berbagai macam kesulitan, akan tetapi sekarang saya menyadari, bahwa beliau-beliau adalah guru-guru terbaik, dan saya sangat beruntung bisa menimba ilmu dari mereka.

Selamat Hari Guru Nasional!

Selasa, 14 Oktober 2014

Lampu Tenaga Surya

Kemasan lampu tenaga surya CONGBO
Kami punya sedikit halaman belakang di rumah, yang belum diutak-atik. Selama ini kami biarkan saja, sampai rumput beranjak meninggi dan banyak burung parkir di antara rimbunan rumput itu. Malam haripun dalam keadaan gelap gulita karena memang belum kami pasang lampu. Maklum, tidak ada tukang listrik yang ada di sekitar rumah kami.

Suatu ketika, mendadak dalam beberapa hari kami akan kedatangan tamu, menginap untuk jangka waktu yang cukup lama. Malu donk kalau halaman belakang masih gelap gulita tanpa lampu. Sempat berpikir untuk manggil tukang listrik, tapi mendadak saya ingat pernah buka-buka internet soal lampu tenaga surya. Daripada pusing soal tambah kabel listrik dll, mending coba dulu yang ini.

Saya ubek-ubek lagi informasinya di internet. Ada beberapa merk, yang paling saya ingat uniqtro. Tapi harganya masih kemahalan buat kami. Setelah cek sana sini, akhirnya kami coba beli dua buah lampu merk CongBo. Dari segi merk sih sebetulnya kami masih sangsi, tapi karena harganya terjangkau, kami memutuskan untuk membeli dua buah. Harganya per unit Rp. 81.000,00 (kami beli awal Oktober 2014, via Bukalapak.com).
Lampu di siang hari

Dua hari kemudian barangnya datang. Sama persis seperti yang diiklankan. Begitu dibuka box-nya, yang ada cuma lampu sama sekrup-sekrupnya saja. Untuk manual penggunaan tidak ada sama sekali. Untuk waktu itu di situs yang menjualnya diberi info, pertama kali lampu dijemur dulu selama dua hari, dalam posisi off supaya baterainya nge-charge sempurna melalui solar panelnya. Setelah itu baru digunakan.

Untuk tombol on - off-nya ada di dalam rangkaian lampu, menggunakan sistem toggle, jadi kalau lagi nggak ingat mana off atau on coba-coba aja. By default pas pengiriman, tombolnya dalam posisi off.

Saya ikuti step-step penggunaannya. Dua hari berturut-turut saya jemur di bawah paparan matahari dalam posisi off, yang memang sedang panas-panasnya. Pas hari ke-tiga, malam hari saya tunggu-tunggu kok lampu gak nyala-nyala.. ternyata kelupaan mencet tombolnya jadi "ON". Setelah posisi "ON" baru deh lampu nyala. Lumayan lah, cantik buat penerangan di malam hari. 

Nyala Lampu di Malam Hari
So far lancar-lancar saja karena memang sekarang matahari lagi panas-panasnya. Tidak perlu ribet soal pasang-pasang kabel, dan gak perlu takut mati listrik. Tapiiii ... kami belum tahu deh kalau sudah musim penghujan tiada matahari, apakah performanya masih bagus atau tidak ... :)

Kamis, 11 September 2014

Pengalaman Naik KA Matarmaja

Mendengar nama KA Matarmaja, teringat kembali pengalaman saya sekitar tiga tahun lalu saat perjalanan dari Blitar ke Semarang. Bukan pengalaman yang mengenakkan sebenarnya.

Saat itu, dengan pertimbangan tiket yang begitu murah dan waktu perjalanan yang tidak terlampau "lama", yakni sekitar enam jam perjalanan, kami memutuskan untuk naik KA Matarmaja.

Pada saat pertama kali naik dari Stasiun Sumber Pucung, Blitar, masih terasa wajar-wajar saja karena belum banyak penumpang di kereta. Nah, begitu tiba di stasiun-stasiun berikutnya, penumpang mulai berjubel naik. Banyak di antara mereka duduk di tempat yang tidak sesuai dengan tempat duduk yang tertera di karcis. Banyak juga yang tidak kebagian tempat duduk, alhasil, mereka terpaksa berdiri. Motto-nya "yang penting terangkut" :).

Karena jarak tempat duduk (yang berhadapan) tidak begitu lebar, untuk kaki tidak terlalu nyaman karena terpaksa tertekuk dan tidak bisa diselonjorkan. Apalagi yang duduk di depan kita adalah orang lain. Waktu itu ada dua bapak yang duduk berhadapan dengan kursi kami. Begitu kereta berjalan beberapa jam, bapak-bapak di hadapan kami tampaknya tidak tahan dengan posisi kaki tertekuk. Mereka menselonjorkan kaki saja dengan enaknya di kursi kami (di antara saya dan suami). Kami enggan menegur karena takut terjadi keributan di tengah-tengah sesaknya penumpang.

"Kekacauan" biasanya terjadi saat kereta berhenti di stasiun-stasiun. Banyak penumpang yang berhamburan masuk, sekaligus banyak juga pedagang yang membawa dagangannya ke dalam kereta. Lengkap sudah! Panas dan sesak.

Pada saat kami harus turun di stasiun Poncol Semarang, tidak terbayang betapa susahnya untuk keluar kereta. Kami harus berhati-hati melewati para penumpang yang sedang tidur di gang antar kursi, sampai-sampai kami tidak bisa melihat lantai kereta karena saking banyaknya orang bergelimpangan tidur.

Suatu ketika, suami saya yang nge-fans berat dengan kereta ini memberi tahu saya kalau KA Matarmaja sudah tidak seperti dulu lagi, "sudah jauh lebih baik" katanya.

Saya-pun meng-iya-kan ketika diajak untuk naik kereta itu kembali, untuk perjalanan dari Blitar ke Jakarta. Harga per karcis Rp. 65.000,00. Untuk kami berdua + pajak jumlahnya menjadi Rp. 137.500,00.

Begitulah ... akhirnya kami berangkat dari stasiun kecil Sumber Pucung di Blitar. Menurut saya, stasiun tersebut dari segi kebersihan sudah bagus. Hanya saja karena saking kecilnya, area merokok tidak terpisah. Banyak orang "ngebul" di ruang tunggu kereta. Padahal banyak di antara para calon penumpang membawa anak kecil.

Kereta muncul tepat sesuai jadwal, yaitu jam 17.49 WIB. Kami langsung mencari tempat duduk sesuai yang tertera di tiket. Menurut jadwal, kereta akan sampai di stasiun PS. Senen pk. 09.20 WIB, sehingga perkiraan waktu perjalanan adalah sekitar 16-17 jam.

Untuk ruang gerbongnya sendiri tidak jauh berbeda dengan KA Tawang Jaya yang kami gunakan beberapa waktu yang lalu (lihat http://bit.ly/1whuqQ7). Hanya saja perbedaannya Jok-nya sedikit lebih empuk, karena mungkin jalur KA Matarmaja lebih jauh.

Mengenai pelayanannya sendiri, KA Matarmaja juga menyediakan makanan dan minuman (dengan variasi yang terbatas), juga bantal yang ditawarkan sebagai penopang kepala untuk posisi tidur yang lebih nyaman. Di stasiun-stasiun tertentu, KA Matarmaja mengizinkan pedagang-pedagang makanan dan minuman memasuki gerbong dan menawarkan barang dagangan mereka.

Akhirnya, kereta sampai tujuan akhir stasiun PS. Senen pk. 10.00 WIB, molor sekitar 45 menit dari jadwal semula. Secara keseluruhan perjalanannya cukup lancar, dan pelayanannya juga baik. Sangat jauh berbeda dari pengalaman pertama saya dahulu. 


Sedikit tips, untuk perjalanan yang agak jauh seperti kami (Blitar-Jakarta), sebaiknya Anda sering-sering berdiri untuk mengurangi pegal-pegal akibat kaki yang tertekuk karena kelamaan duduk. Kalau tidak, bisa-bisa begitu turun ke stasiun tujuan, kaki Anda jadi bengkak seperti saya hehehe.

Sabtu, 06 September 2014

Pengalaman Naik KA Tawang Jaya

KA Tawang Jaya yang Sudah Ber-AC
Setelah beberapa kali mendapatkan informasi mengenai KA Ekonomi yang sekarang makin OK, saya dan suami  memutuskan untuk menjajal salah satu mode transport umum ini.

Kami memesan tiket kereta KA Tawang Jaya, jurusan Pasar Senen (Jakarta) - Poncol (Semarang) secara online dari internet, berangkat dari Pasar Senen 

pk. 06.10 pagi dengan harga tiket per orang Rp. 45.000,00, jadi untuk dua orang sejumlah Rp. 90.000,00 + pajak dll, total jendral harga tiket Rp. 97.500,00 (kami beli tiket awal Agustus 2014).

Begitu tiba di stasiun PS. Senen, kami harus menukar bukti pembayaran dengan tiket yang sebenarnya. Beruntung sekali bahwa di stasiun tersebut telah disediakan fasilitas proses cetak tiket mandiri. Jadi, siapa saja yang enggan antri untuk tukar tiket di loket, bisa menggunakan fasilitas ini.


Di ruang cetak mandiri tersebut, disediakan sejumlah komputer. Cara mencetak tiket cukup mudah, tinggal menuliskan kode pembayaran yang sudah dilakukan, maka komputer secara otomatis mencari data untuk kode pembayaran tersebut. Setelah itu, maka muncul data-data kita, nama dan jenis kereta yang kita pesan, termasuk informasi keberangkatan dan kedatangan. Kalau sudah yakin datanya benar, tinggal tekan tombol cetak. Super gampang banget.. Dua jempol buat KAI yang sudah memberi kita fasilitas ini!! Hanya saja .. kadang komputernya "sakit kepala" alias "hang". Mungkin pihak KAI bisa memperhatikan hal ini, karena fasilitas ini sangat-sangat bermanfaat buat calon penumpang.

Kesan pertama begitu di dalam kereta, terlihat memang sudah ada AC-nya, ada juga stop kontak untuk nge-charge HP. Untuk kursi, mungkin karena kursi kami berdekatan dengan toilet, agak-agak tercium bau pipis hehhehe... Untuk jok-nya sendiri, nyaman .. cuman agak sedikit keras, masih wajarlah...



Tatakan Tempat Minum plus Stop Kontak


Pihak KA juga menyediakan makanan dan minuman, walau dengan variasi yang terbatas. Untuk makanan biasanya mereka menyediakan nasi goreng yang sudah dalam kemasan dan mie instan. Untuk minuman, yang ditawarkan adalah kopi dan teh. Tapi itupun sudah cukup lumayan.
Perjalanan dari Jakarta ke Semarang terbilang lancar dan tepat waktu (kurang lebih enam jam). Untuk ukuran jarak Jakarta-Semarang, dengan karcis seharga Rp. 45.000,00, menurut saya KA Tawang Jaya sudah OK.

Bravo PT. KAI, semoga pelayanannya selalu ditingkatkan!

Selasa, 15 Juli 2014

Menanti Presiden Baru NKRI

Tak terasa, proses pemilihan presiden Indonesia periode 2014-2019 telah selesai, dan kini kita  tinggal menunggu hasil rekapitulasi penghitungan suara oleh KPU.

Untuk saya pribadi, pilpres kali ini sangat beda dengan pilpres sebelumnya. Entah apa yang  membuatnya berbeda, sehingga saya begitu getol mengikuti perkembangan beritanya dari waktu ke waktu. Saya ingat betul saat pilpres lima tahun yang lalu, info-info yang saya peroleh cukup dari teman-teman dan media televisi, sehingga pada saat mencoblos tidak bingung-bingung lagi.

Untuk pilpres kemarin, entah apakah karena yang bertarung hanya dua pasangan capres dan cawapres, sehingga saya sangat tertarik untuk mencari tahu informasi sebanyak-banyaknya tentang kedua calon pasangan tersebut. Mungkin saya tidak sendirian, karena teman-teman saya di media sosialpun gencar untuk berbagi info mengenai calon pilihannya masing-masing.

Sekitar satu bulanan, medsos tak henti-hentinya membombardir berita-berita mengenai kedua calon pasangan tersebut, dan tidak jarang menimbulkan "bentrokan" , saling hujat  bahkan tindakan anarkis oleh  pendukung pasangan yang berbeda. Yang paling lucu adalah banyak pengguna medsos yang "unfriend" atau "unfollow" teman2nya gara2 berbeda pendapat. Fenomena ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Saya pikir pendukung-pendukung antara dua kubu tersebut adalah pendukung-pendukung yang sangat fanatik, bahkan para pendukung salah satu pasangan sampai seolah-olah menganggap calonnya sebagai "Nabi".

Yang sangat menarik adalah semakin terlihat nyata adanya media-media partisan yang mendukung  salah satu pasangan. Sebut saja MetroTV, BeritaSatu, kompas, detik, tribunnews, merdeka.com  yang begitu getol mempromosikan pasangan nomor 2. Untuk media yang berdiri di belakang pasangan nomor 1, sebut saja ada TVOne, MNC, Inilah.com. Kondisi politik Indonesia yang sudah "agak panas" semakin panas karena media-media tersebut sering menggoreng berita yang tentunya panas :).

Bukan hanya media saja yang bikin panas, pihak-pihak lain, seperti lembaga surveypun ikut-ikutan bikin panas, karena disinyalir lembaga2 surveypun banyak yang partisan salah satu calon. Ini dibuktikan dengan adanya banyak keanehan data Quick Count perolehan suara masing-masing pasangan calon.

Seringkali sampai kita dibuat bingung oleh hal-hal di atas. Seringkali juga kita bertanya-tanya, mana sih informasi yang benar, karena dengan kondisi media informasi dan lembaga-lembaga partisan tersebut membuat kita sedikit tahu, bahwa banyak pemberitaan yang tidak objektif.

Kembali lagi ke hati nurani.

Dari sini masyarakat kita dituntut untuk semakin cerdas dan jeli dalam menyikapi berita-berita  yang berseliweran. Pilpres kali ini memang sangat terasa sebagai pembelajaran politik bagi masyarakat kita, khususnya saya pribadi, paling tidak jadi 1/100 melek politik lah heheheh.

Kira-kira, pasangan mana yang bakal menang ya? :) .. marilah kita tunggu sampai tanggal 22 Juli.
Semua untuk Indonesia ...


Rabu, 18 Juni 2014

Si Cundhuk Tertipu

gb : www.rumahpengaduan.com
Alkisah di desa Kluthuk, Simbok Susur sedang nonton tv soal hingar bingar berita kampanye copras-capres ketika si
Cundhuk datang dengan wajah super sumringah...

"Ada apa ta, Ndhuk? Kok tumben mukamu sumringah banget. Baru dapet pacar atau dapet rejeki nomplok?" tanya mbok Susur kepada anak semata wayangnya..
"Ini loh mbok, eke baru dapet sms kalo eke menang undian gebyar mie instan indutmie. Katanya eke dapat 35jt mbok ... aih senengnya!" kata Cundhuk sambil joget-joget Caesar.
"Wih ... asik no ndhuk, berarti nanti Simbok kesampaian donk mau jalan-jalan ke ocadrod",Simbok Susur jadi ikut sumringah.
"Sip mbok, bisa diatur!" tandas si Cundhuk sambil utak-atik hp-nya. Rupanya dia mau telpon seseorang. Simbok Susur kembali terpaku ke tv sambil sekali-sekali ngunyah susurnya. Lama-lama kepalanya theklak thekluk karena ngantuk. Belum juga ketiduran, sudah dibangunin grundelan si Cundhuk.
"Gimana sih, ini nomor di telpon kok katanya mati, yang satunya kok nggak diangkat! Udah empat kali coba telpon gagal terus!"
"Nomer apa to ndhuk?"
"Itu loh, nomor telp indutmie, katanya eke disuruh telp ke nomor-nomor itu. Ada nomor, yang satu 021-4980088*, yang satunya 08*721261333!"
"Itu nomor kantor mereka, ndhuk?" tanya Simbok Susur agak bingung
"Kayanya iya mbok!" jawab si Cundhuk.

Kala mereka berdua terpaku antara bengong dan bingung, muncullah si Kenthus yang selalu klimis. Si Kenthus ini sudah lama naksir si Cundhuk, tapi kayanya yang ditaksir belum ngeh,  maklum si Cundhuk ini tidak termasuk abg narsis yang gaul. Melihat ibu anak sedang menunjukkan wajah-wajah abstrak alias bingung, bertanyalah si Kenthus, "Ada apakah gerangan, kok Simbok Susur dan Jeng Cundhuk tampak bingung?" Si Cundhuk spontan langsung merangsek ke si Kenthus sambil memperlihatkan sms yang dia dapat."Mas, coba lihat nih ...aku udah coba telpon nomor-nomor ini kok gak nyambung ya?"
"Wah ini dia saatnya buat caper!" batin si Kenthus. Setelah sejenak membaca sms yg diperlihatkan si Cundhuk, "Hmmm ... yang pertama nomor cdma, yang kedua nomor gsm .. ini penipuan kayanya, Jeng!"
"Ah masa sih mas? Jangan-jangan mas Kenthus yang mau nipu eke?" muka Cundhuk dari bingung mengarah ke curiga. "Nggak mungkin donk Jeng, mas Kenthus yang ganteng ini gak mungkin mau nipu Jeng Cundhuk", jawab si Kenthus setengah genit. "Trus, gimana sampeyan tau kalau ini penipuan?" rajuk si Cundhuk.


"Begini loh Jeng Cundhuk yang cantik, coba dengerin dan ingat-ingat pesan mas Kenthus ya", ujar si Kenthus bak seorang guru. Si Cundhuk manggut-manggut penasaran pengen tau.
"Kenapa mas Kenthus bilang itu penipuan? Karena :


  1. SMS pemberitahuan itu berasal dari nomor GSM. Perusahaan2 besar, biasanya kalau ingin menginformasikan sesuatu kepada pelanggannya gak pernah pake nomer ponsel, entah CDMAatau GSM. Biasanya nomornya khusus, jumlah digitnya juga gak banyak .. misalnya empat digit,atau malah biasanya langsung pakai nama perusahaan, gak ada nomornya (nomor disembunyikan).    
  2. Nomor-nomor untuk menghubungi mereka juga nomor CDMA dan GSM. Biasanya untuk layanankonsumen, mereka pake nomor khusus (premium call), misal 008-xxxxxxxx.
  3. Tertulis di sms itu, website perusahaan indutmie. Tapi kok pake web hosting gratisan? (xxx.weebly.com, xxx.blogspot.com, xxx.wordpress.com dll). Perusahaan besar / resmi gak akan pernah pake web gratisan. Biasanya mereka pake langsung nama perusahaan mereka,misalnya www.indutmie.com.
  4. Kalau pas ngeliat web-nya, perhatikan juga bahasanya. Kalau bahasanya aneh ato  super gaul ato banyak salah ketik .. perlu waspada.
  5. Perhatikan juga apakah ada alamat email untuk layanan konsumen, jika alamat emailnya pake yg gratisan juga (tidak mewakili nama perusahaan), misalnya dari yahoo, gmail, hotmail dll, udah pasti abal-abal.
Jadi gitu Jeng Cundhuk yang manis", rayu si Kenthus. Muka si Cundhuk berubah jadi lesu. "Yah, nggak jadi dapet duit 35jt donk eke", keluhnya. "Masih mending kamu belum keluar duit Jeng. Biasanya mereka minta transfer duit dulu tuh, alasannya buat pajak lah, biaya admin lah, pokoknya ada aja alasannya, kamu musti bersyukur, belum jadi korban", kata si Kenthus sok bijak."Iya sih .. tapi khan eke kecewa juga, padahal udah mbayangin ngajak simbok ke Ocadrod, mau beli baju", muka Cundhuk tambah melas.
"Gak papa Jeng, mungkin emang belum rejekimu. Siapa tau besok2 dapet rejeki yang lebih besar. Iya toh??", si Cundhuk cuma terdiam. "Ya udah, Mas mo balik dulu yahh, ada PR yg musti dikerjain. Besok-besok kalo ada kaya gini lagi panggil Mas Kenthus ya?", si Cundhuk menggangguk lesu. Si Kenthus tengak-tengok mau pamit ke Simbok Susur, ternyata yang bersangkutan sudah tertidur lelap di depan tv, ngiler pulak! Sambil berjalan ke luar, tak lupa Kenthus berpesan,"Jangan lupa juga tanya-tanya ke mbah Google ya...!" ..

Rabu, 11 Juni 2014

Menengok Debat Capres Cawapres 2014


Sepertinya acara Debat Capres Cawapres 9 Juni lalu sangat menyedot perhatian masyarakat Indonesia di dalam dan luar negeri.Melihat banyaknya komentar di medsos, saya jadi pengen ikut komentar juga euy!

Komentar santai aja ... waktu saya melihat kandidat No. Urut 2 masuk Balai Sarbini, mereka mengenakan pakaian yang kompak. Tampil klimis dengan Jas hitam, kemeja putih dan dasi merah. Wah, keren nih .. rupanya pasangan ini sangat menyadari bahwa acara ini adalah acara formal yang super penting bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mengetahui "isi" penerus pimpinan bangsa ini, sehingga urusan "chasing" juga menjadi perhatian. Saya cukup respek dengan gaya berbusana Capres Cawapres No. Urut 2 ini.

Untuk urusan "chasing", pasangan kandidat No. Urut 1 cukup konsisten dengan busana waktu kampanye, yaitu kemeja lengan panjang warna putih, dengan lambang gambar garuda merah di dada kanan, celana panjang warna krem dan tak lupa peci berwarna hitam.

Untuk jalannya debat sendiri sih, menurut saya, masih biasa-biasa saja, normal (agak kurang greget sih sebenarnya), walaupun ada sedikit "serangan" soal HAM kepada Capres#1, namun saya pikir masih wajar-wajar saja. Saya hanya ingin sedikit berkomentar mengenai karakter dua calon pemimpin bangsa ini.

Capres#2 lebih banyak mengutarakan masalah prestasi yang telah dicapainya, terutama pada saat menjabat walikota maupun gubernur. Juga secara tidak langsung beliau mengganggap diri (membanggakan diri) sebagai putra terbaik, karena justru beliaulah yang dicalonkan sebagai capres, bukan Ketum Partainya #SindirCapresNo1. Pada saat sesi penutup, beliau juga sampai harus bilang didukung keluarga, terutama istri bla..bla..bla #SindirCapresNo1.

Capres#1, menurut saya dalam penyampaian jawaban ataupun pertanyaan masih sangat wajar, meskipun ada beberapa saat agak "terpancing" mengenai pertanyaan Cawapres#2 soal HAM, akan tetapi bisa cool down lagi. Untuk #SindirCapresNo2 juga tidak ada, di mata saya, beliau bersikap humble, walaupun sebenarnya beliau bisa saja melempar "bola panas" ke Capres#2. Beliau juga tak sungkan-sungkan meng-affirmasi kalau setuju dengan pendapat pasangan lawannya.

Bagi saya pribadi, yg hanya seorang nenek-nenek yg hobi "nginang" daun sirih dan gambir, kedua pasangan Capres Cawapres tersebut adalah para putra terbaik bangsa, yang berkesempatan untuk menjadi calon pemimpin negeri ini. Pemimpin / negarawan yang baik adalah orang-orang yang bisa menghargai lawan maupun kawan .. karena mereka(lawan dan kawan) dan juga rakyatlah yang akhirnya bisa menilai, apakah pemimpin tersebut benar-benar yang terbaik.

Sabtu, 10 Mei 2014

Bakso Celeng

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat suka segala sesuatu yang berbau oplosan alias campuran. Kenapa? karena segala sesuatu yang berbau oplosan harganya jauh lebih murah dari harga orisinil, sehingga tidak cepat menipiskan kantong dan rasanya lebih "greng"!. Tengok saja, mulai dari bensin oplosan, miras oplosan, minyak goreng oplosan .. sampai bakso oplosan, alias bakso sapi yang dicampur dengan daging babi/celeng.

Bakso oplosan daging celeng memang bukan cerita baru. Di kala harga daging melonjak naik, pedagang bakso menjadi salah satu pihak yang terkena dampaknya, sehingga mereka harus putar otak supaya bisnisnya tetap jalan. Ada yang menggunakan cara mengurangi porsi baksonya, .. banyak pula yang nekad mencampurnya dengan daging babi/celeng.

Hal ini tentu saja meresahkan bagi penggemar bakso, terutama saudara-saudara muslim.
Untuk itu, berikut hal-hal yang harus diperhatikan apabila mengkonsumsi bakso:

1. Aroma.
Aroma daging yang dihasilkan oleh sapi dan babi tentu berbeda. Setelah bakso daging babi direbus di dalam panci, biasanya akan tercium aroma khas daging babi yang lebih amis dibandingkan aroma daging sapi. Untuk itu anda sebaiknya waspada jika aroma bakso yang akan anda konsumsi tidak seperti aroma daging sapi kebanyakan

2. Warnanya
Bakso sapi biasanya warnanya lebih gelap, sedangkan bakso celeng biasanya berwarna lebih terang.

2. Tekstur dagingnya
Daging babi celeng memiliki tekstur lebih kasar. Jika dijadikan bakso, maka akan mudah pecah bila ditusuk sendok. Jika Anda memakan bakso yang sudah terlihat seperti itu, maka lebih baik berhenti memakannya. Bisa saja bakso tersebut memang dicampuri dengan daging babi.

3. Rasa daging
Jika bakso tersebut sudah tercampur degan daging babi, maka rasanya pun sedikit berbeda. Kalau bakso sapi rasanya lebih tawar, Bakso celeng saat dikonsumsi akan terasa lebih gurih karena kadar lemaknya lebih tinggi, sehingga membuat orang jadi ketagihan. Namun, ada juga pedagang bakso yang licik dengan menambahkan bawang putih untuk menghilangkan ciri khas bau daging babi/celeng tersebut.

4. Cermati harganya
Anda patut mencurigai harga bakso yang dijual murah di pasaran. Bakso oplosan yang dijual pasaran itu bisa saja mengandung babi/celeng karena dijual murah. Bakso oplosan biasanya dijual seharga Rp. 300 hingga Rp. 1.500 per butir, sesuai ukuran. Sedangkan, bakso sapi ukuran terkecil biasanya dijual dengan harga Rp. 1000 per butir. 



Agar tidak tertipu / bingung apakah bakso tersebut mengandung babi/celeng atau tidak, sebaiknya kalau membeli bakso yang sudah dikemas saja dan terdapat tulisan halalnya.
 

Senin, 28 April 2014

Berbagai Ulah Caleg Gagal

Yak, dua minggu yang lalu kita baru saja melalui sebuah event akbar Pemilihan Legislatif! Quick count sementara hasilnyapun sudah bisa kita simak di sejumlah media. Perolehan suara parpol peserta Pileg tentu saja sangat menentukan nasib caleg-calegnya. Caleg-caleg yang lolos Pileg sudah bisa bernafas lega, lantaran usahanya membuahkan hasil, sedangkan para caleg yang gagal? Bagaimana nasib mereka? Sudah menjadi rahasia umum, bahwa hampir semua caleg telah mengeluarkan biaya yang sangat besar demi mencapai tujuan mereka menjadi anggota legislatif. Ada yang sampai menjual tanah, rumah, mobil dan sebagainya. Bagi caleg yang tidak siap gagal, contohnya ya seperti tertulis dibawah ini ...

1. Seorang ayah dari caleg Partai Demokrat, sebut saja RH, mengamuk dan memblokir jalan di suatu daerah di Serang, Banten, lantaran perolehan suara anaknya jeblok dan sangat tidak sesuai dengan harapan. Pemblokiran jalan tersebut membuat dua kampung terisolir! Tak hanya itu, RH juga menganiaya dua warga hingga mengalami luka.

2. Tim sukses seorang caleg partai besar (PD), meminta kembali kompor gas yang telah dibagikan tiga hari sebelum pileg ke warga di suatu daerah di Sulawesi Selatan, lantaran calegnya yg berinisial AFS gagal memperoleh kursi DPRD.

3. Mode pemblokiran sebagai pelampiasan jebloknya perolehan suara di Pileg juga terjadi di Nusa Penida. Caleg yg berinisial IKR tersebut memblokir akses jalan warga di sekitar, karena kecewa merasa tidak didukung oleh masyarakat sekitar.

4. MT, seorang caleg PKS dari Sampang, Jatim, mengambil kotak suara di TPS dengan paksa dan membawanya ke rumahnya karena merasa kecewa perolehan suaranya sangat minim. Bersama temannya.

5. Kali ini dari partai Hanura. Salah seorang calegnya dari Tulungagung, Haji MH, sangat marah begitu mengetahui hanya 29 orang yang memilih namanya. Saking marahnya, doi menarik kembali bantuan material sumbangannya untuk membangun mushola di kampungnya.

6. Seorang caleg PAN dari Nabire, Papua, berinisial APY, sangat stress begitu mengetahui bahwa warga setempat tidak memilih doi. Padahal, dia sudah terlanjur memberikan tanahnya untuk pembangunan perumahan! Bersama para pendukungnya, diapun nekad menutup jalan masuk perumahan Satpol PP dengan balok kayu!

7. Dari kecamatan Tebingtinggi, Empatlawang, Sumatera Selatan, seorang caleg gagal nekad menyuruh tim suksesnya untuk memotong pipa induk yang mengalirkan air bersih ke tiga desa sekitarnya. Akibatnya? Ketiga desa tersebut mengalami krisis air bersih karena belasan titik bak penampungan air di pemukiman penduduk kering! Teganya ...

8. Yang ini caleg gagal dari Prabumulih, berinisial SM. Caleg tersebut meminta timses-nya untuk mengembalikan uang "wani pira" yang telah dia berikan sebelum Pileg. Caleg tersebut telah memberikan uang Rp. 130 juta kepada timses-nya untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat untuk menarik simpati. Bahkan, caleg tersebut mengancam akan membunuh dua orang anggota timsesnya bila uang tersebut tak kembali. Nekad ya?


Sungguh miris memang melihat perilaku mereka. Mungkin mereka memang tidak siap menjadi wakil rakyat dan membela kepentingan rakyat .. mungkin juga mereka hanya mengejar kedudukan, mungkin juga kaderisasi parpol-parpol peserta pileg tidak berhasil, sehingga banyak non kader partai yang mengajukan diri menjadi caleg?

Rabu, 12 Maret 2014

Profesi yang Paling Laku menjelang PEMILU

Sumber gambar : Viva.co.id
Beberapa waktu lalu KPU sudah menginformasikan bahwa akhir minggu ini ada 15 partai politik yang akan melalukan pawai kampanye. Wah, pasti seru sekali ya? Saat ini  di mana-mana simbol-simbol lambang peserta pemilu mulai bertebaran. Mulai dari bendera yang berwarna-warni yang dipancang di sepanjang jalan, baliho, spanduk, selebaran yang dibagikan ke rumah-rumah penduduk dll. Semua sarana tersebut bertujuan untuk berlomba-lomba mengambil hati
rakyat Indonesia.

Nah, tentunya persiapan sarana kampanye tersebut memerlukan keahlian pihak lain bukan? Berikut
adalah profesi-profesi yang bakalan sibuk berat dan banyak order pada masa kampanye.

1. Pengusaha Sablon
Spanduk atau bendera, atau kaos.. backdrop? Ya, tak salah lagi .. barang-barang tersebut tak lain adalah buah karya pengusaha sablon. Saat ini mereka pasti sedang kejar tayang memenuhi deadline dari berbagai parpol.


2. Merchandiser
Usaha pernak-pernik tak kalah sibuknya dengan usaha sablon. Kampanye tanpa merchandise/gimmick seperti sayur kurang bumbu penyedap :). Biasanya pada masa kampanye, parpol ataupun caleg membuat pernak-pernik yang "lebih menjual", bisa berupa topi, pena, buku, pin dan sebagainya.


3. Artis
Artis merupakan juru kampanye yang paling efektif, karena tampang-tampang mereka sudah dikenal luas oleh publik. Semakin terkenal seorang artis, semakin berlipat-lipat pula honor mereka buat kampanye.


4. Pedagang makanan
Pedagang makanan termasuk profesi yang tersibuk pada masa kampanye. Setiap kampanye dari parpol manapun, urusan perut adalah sesuatu yang wajib hukumnya. Tak jarang parpol memesan banyak nasi bungkus/kotak untuk kader dan simpatisan, atau massa membeli makanan yang kebetulan dijual di dekat tempat kampanye. Hal ini bisa jadi lumbung rejeki bagi pedagang tersebut. Laris manis tanjung kimpul!

5. Dukun / paranormal
Meskipun sekarang sudah jaman modern, akan tetapi budaya per-klenik-an tidak lantas hilang begitu saja. Menjelang Pemilu, banyak orang, terutama pentolan parpol/caleg melakukan ziarah kubur, atau datang ke "orang pintar" atau paranormal untuk meminta berkah/petunjuk agar berhasil terpilih dalam Pileg. Tak sedikit para caleg ini yang rela datang dari jauh hanya untuk berdoa di makam / tempat yang dianggap keramat, atau melakukan ritual tertentu dengan bimbingan paranormal agar usahanya ikut Pemilu/Pileg berjalan lancar. Bagi yang berprofesi sebagai paranormal, siap-siap banjir rejeki.

6. Tukang Jahit
Baju seragam merupakan salah satu atribut kampanye yang utama. Dari berbagai macam bahan, model dan corak dipilih untuk merangsang pandang dan ingatan masyarakat (Kok jadi ingat baju kotak-kotak Jokowi ya?). Menemani enam profesi di atas, tukang jahit juga termasuk profesi yang super sibuk di saat kampanye ini.

7. Percetakan
Mesin percetakan saat ini sedang dalam masa tugas yang berat. Baik untuk mencetak undangan kampanye parpol, mencetak selebaran/iklan parpol/caleg, stiker dan sebagainya. Parpol atau caleg seringkali tak segan-segan mengeluarkan banyak dana untuk mencetak "iklan" mereka sebaik mungkin.


8. Ada lagi? :)

Minggu, 23 Februari 2014

Sepatan (Kutukan) Lembu Sura

Gunung Kelud tahun 1919 (sumber gambar : Wikipedia)
Beberapa hari yang lalu, 13 Februari 2014, rakyat Indonesia dihentak oleh meletusnya gunung Kelud, yang berada di daerah perbatasan Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar, Jatim.

Dampak dari meletusnya gunung Kelud tidak hanya dirasakan oleh penduduk di sekitarnya.Daerah-daerah lain di Jawa Tengah dan Jawa Baratpun tak luput menerima dampak letusannya. Kegiatan masyarakatpun terpaksa berhenti karena hujan abu vulkanik yang mengganggu jarak pandang dan membahayakan kesehatan.

Secara historis, gunung Kelud pernah meletus sekitar 25 kali, rentang 1000 tahun, sampai dengan tahun 2007 lalu, yang tentunya memakan puluhan ribu korban jiwa.

Dengan meletusnya gunung Kelud, legenda yang berkaitan dengan gunung tersebut mulai marak lagi diperbincangkan di masyarakat. Menurut mitos setempat, kawah di puncak gunung Kelud merupakan
tempat di mana prabu Brawijaya mengubur hidup-hidup Lembu Sura.

Siapakah Lembu Sura itu? Nama sebenarnya adalah Raden Wimba. Dia adalah anak seorang Adipati
Blmabangan. Raden Wimba sebenarnya adalah seorang pemuda yang sangat sakti dan cerdas. Akan
tetapi karena perangainya yang bengal dan suka berbuat onar, sang Ayahanda kemudian mengutuknya
menjadi manusia lembu. Sehingga jadilah Raden Wimba berkepala lembu dan bertanduk.

Alkisah, penguasa kerajaan Majapahit saat itu, prabu Brawijaya, memiliki seorang putri berparas
cantik rupawan. Putri sang Prabu bernama Dyah Ayu Pusparini, atau lebih dikenal sebagai Dewi
Kilisuci.

Kecantikan sang Putri yang sangat mempesona tersebut membuat banyak pemuda berhasrat mempersuntingnya. Banyaknya pemuda yang ingin meminang sang putri membuat sang Prabu Brawijaya
sangat bingung memilih calon menantu yang tepat.

Akhirnya setelah berpikir dan menimbang-nimbang, akhirnya diselenggarakanlah sayembara bagi
para semua pemuda, pangeran atau raja yang hendak meminang sang Putri. Isi sayembara tersebut
adalah, barang siapa mampu merentangkan busur panah sakti bernama Kyai Garudayeksa, dan mampu
mengangkat sebuah gong keramat dari gamelan istana yang bernama Kyai Sekardelima, maka dialah
nantinya yang berhak meminang sang Dewi Kilisuci.

Banyak sekali pemuda, pangeran dan raja yang mengikuti sayembara tersebut, tetapi sayangnya,
belum seorangpun yang sanggup merentangkan busur Kyai Garudayeksa dan mengangkat gong Kyai
Sekardelima.

Mendengar sayembara yang diselenggarakan prabu Brawijaya, Lembu Sura pun tertarik untuk
mengikutinya. Maka diapun pergi ke istana untuk mengikuti sayembara tersebut. Semua orang heran
melihat seorang pemuda bernampilan aneh, berkepala lembu dan bertanduk. Karena memang Lembu
Sura adalah seorang pemuda yang sakti, maka dengan mudah dia mampu merentangkan busur panah
Kyai Garudayeksa dan mengangkat gong Kyai Sekardelima. Lembu Sura pun akhirnya berhak meminang
sang Dewi Kilisuci.

Sayangnya, melihat penampilan Lembu Sura yang aneh dan menyeramkan membuat Dewi Kilisuci enggan
dipersunting. Dia berupaya menghindar dari pinangan Lembu Sura, mengulur waktu mencari cara
sehingga dia bisa lepas dari pinangan pemuda itu.

Akhirnya, Dewi Kilisuci mengajukan satu syarat lagi kepada Lembu Sura jika dia benar-benar
sayang dan ingin menjadi suaminya, maka Lembu Sura harus membuat sebuah kolam di atas puncak
gunung Kelud dalam waktu yang telah ditentukan. Dewi Kilisuci berkata bahwa kolam tersebut
nanti akan digunakan untuk mandi berdua dengan Lembu Sura setelah upacara perkawinan dilaksanakan.

Karena besarnya cinta Lembu Sura kepada Dewi Kilisuci, maka diapun menyanggupi syarat tersebut.
Dengan kesaktian yang dia miliki, dan bantuan makhluk-makhluk gaib, maka Lembu Sura menggali
tanah untuk membuat kolam / sumur yang sangat indah.

Melihat bahwa Lembu Sura tampaknya mampu segera menyelesaikan kolam itu, Dewi Kilisucipun
berkeluh kesah. Dengan tangisan sedu sedan, dia menegaskan kepada Ayahandanya, bahwa dia tidak
bersedia dipersunting oleh pemuda berkepala lembu tersebut.

Prabu Brawijaya yang sangat menyayangi putrinya tersebut tidak mampu mengubah pendirian Dewi Kilisuci. Maka dicarilah cara supaya perkawinan agung itu tidak akan terlaksana. Akhirnya sang Prabu memerintahkan pasukan istana untuk mengubur Lembu Sura yang sedang menyelesaikan penggalian di puncak Kelud.Maka segeralah pasukan istana melempar tanah dan bebatuan ke arah Lembu Sura yang berada di dasar galian kolam tersebut.

Walaupun sudah terkubur tanah dan bebatuan, Lembu Sura masih bersuara dengan menggelegar penuh
amarah. Diapun mengutuk prabu Brawijaya dan istana,“Ingatlah, setiap dua windu (16 tahun) sekali aku akan merusak tanahmu dan seluruh yang hidup di kerajaanmu."

Sampai sekarang, setiap gunung Kelud meletus, warga setempat menganggap bahwa letusan tersebut adalah amukan dendam dari Lembu Sura. Masyarakat setempat mempunyai ritual Larung Sesaji yang dilakukan di tepian kawah gunung Kelud tiap bulan Sura (Suro). Ritual Larung Sesaji ini dimaksudkan sebagai penolak bala kutukan Lembu Sura yang ditipu oleh Dewi Kilisuci.