Jumat, 02 Maret 2012

Kisah Tukang Sayur


Seperti biasa, pagi-pagi seorang ibu tukang sayur lewat di kompleks perumahan kami. Begitu saya mendengar ibu tersebut menjajakan sayur, saya langsung ke luar, dan mendapatkan si ibu tersebut sudah berada di depan rumah dengan gerobak sayurnya.
Selagi saya asik dengan memilih-milih sayur, ada seorang ibu lagi sebut saja Ibu(1)  mendekat ke gerobak, dan bermaksud berbelanja sayur juga. Si ibu sayur tersebut langsung menyapa ibu tadi, dan terjadilah percakapan sebagai berikut :

Ibu sayur         : “Mau belanja apa, Bu?”
Ibu(1)                : “Ada daging ayam nggak ya? Saya mo beli 1 ekor. Dipotongin sekalian ya”.
Ibu sayur         : “Ada!”. “Ngomong-ngomong, kemarin si orang kaya itu jahat bener ya! Masa lempar  tas kresek ke muka saya. Katanya, ‘kalo jualan sayur jangan berhenti di depan rumah saya, jangan nyampah di sini’!”.
Ibu(1)                : “Iya, sampai saya nggak jadi belanja lho!”.
Saya                   : “Wah, kok tega dan nggak sopan banget ya, sampai nglempar tas kresek gitu”.
Ibu sayur         : “Iya, Bu! Dasar orang kaya. Mentang-mentang tukang sayurnya orang miskin, seenaknya aja dia. Ibu(1) itu saksinya. Kalau nggak ada saksi saya nggak akan berani cerita. Keponakan saya yang nglihat kejadian itu langsung bengong. Orang saya jualan sayur cuma jualan aja, nggak pernah nyampah. Sampah saya buang sendiri kok!” (emosi)

Setelah memilih-milih sayur, saya bermaksud membayar belanjaan saya tersebut. Ketika akan menyodorkan uang, saya lihat Ibu Sayur itu sedang memotong-motong daging ayam untuk Ibu(1). Terdapat sisa-sisa tulang dan kulit yang tidak perlu, terbuang di jalan. Segera saja banyak lalat berkerumun pada sisa-sisa tulang dan kulit ayam itu! Seekor anjing tetangga tak mau kalah. Dia mengendus-endus sisa-sisa potongan tadi, dan  memakan sisa kulit ayam. Sedangkan sisa tulang-tulangnya, ... ternyata anjing tersebut tidak mau memakannya. Jadi, tinggallah sisa-sisa tulang itu teronggok di jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar